Penyembunyian dan Penyingkapan

      “We should use new remedies quickly, while they are still efficacious” –                                 Sir William Osler (1849-1919), the father of modern medicine.

Untuk meniadakan efek plasebo/nocebo (pengaruh dari pengharapan akan akibat baik/buruk dari suatu intervensi) pada penelitian efikasi bagian substansial intervensi subyek penelitian dapat tidak diberitahu jenis intervensi yang diterima (dengan/tanpa bagian substansial intervensi). Penyembunyian seperti ini perlu dilakukan jika bagian proseduralnya sama dan terutama diperlukan jika subyek penelitian diminta untuk melaporkan outcome dari intervensi (untuk menghindari self-reporting bias). Peneliti (orang yang memberi intervensi dan yang mengukur outcome) dan pengolah data sebaiknya juga tidak diberitahu penempatan subyek ke kelompok intervensi/kontrol jika dikhawatirkan mereka mengharapkan outcome tertentu dari intervensi (untuk mencegah observer bias, analytical bias, confirmatory bias, data confabulation dsb). Disarankan supaya melaporkan secara spesifik kepada siapa saja penyembunyian diberlakukan, dan alasannya, alih-alih menggunakan istilah-istilah single, double dan tripple blinding.(1, 2)

Penyembunyian tidak dapat dilakukan jika bagian prosedural intervensi tidak serupa.  Misalnya, pada penelitian yang membandingkan ablasio kateter dan obat antiaritmik untuk fibrilasi atrial.(3) Dapat dikatakan bahwa yang diteliti pada RCT seperti ini adalah efektivitas Evidence-Based Medicine (EBM), yaitu hasilguna gabungan bagian substansial intervensi, bagian prosedural intervensi dan plasebo/nosebo. Penyembunyian masih dapat dilakukan terhadap pengolah data. Penyembunyian juga tidak  dapat dilakukan jika peneliti bertujuan mempelajari efikasi plasebo/nosebo, karena subyek kelompok kontrol jelas tidak diberi apa-apa dan kepada subyek kedua kelompok disingkapkan tujuan dari ujicoba.(4)

Open-label trial atau open trial juga dapat dilakukan jika peneliti berminat meneliti efektvitas penerapan EBM/EBPH di suatu organisasi. Kepada anggota organisasi disingkapkan pengaruh dari iklim organisasi dan peran dari fasilitator. Melalui Action Research, misalnya, fasilitator internal dan eksternal (yang juga dapat berperan sebagai peneliti) akan menggerakan anggota organisasi mendirikan mekanisme siklis pengumpulan informasi (e.g., melalui audit medik/PH, exit poll, survei), pembuatan keputusan bersama, pelaksanaan intervensi dan evaluasi keberhasilan intervensi.

Rujukan

  1. Miller, L. E., & Stewart, M. E. (2011). The blind leading the blind: use and misuse of blinding in randomized controlled trials. Contemporary Clinical Trials32(2), 240-243.
  2. Diunduh 30 November 2018 dari: https://en.wikipedia.org/wiki/Bias_(statistics).
  3. Noheria, A., Kumar, A., Wylie, J. V., & Josephson, M. E. (2008). Catheter ablation vs antiarrhythmic drug therapy for atrial fibrillation: a systematic review. Archives of internal medicine168(6), 581-586.
  4. Hróbjartsson, A., & Gøtzsche, P. C. (2001). Is the placebo powerless? An analysis of clinical trials comparing placebo with no treatment. New England Journal of Medicine344(21), 1594-1602.

Leave a comment